Tuesday, July 7, 2009

"rumah condominium" ikan-ikan dilaut.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca artikel mengenai bagaimana NY MTA membuang gerbong-gerbong kereta api yang sudah tua-tua.
Ternyata gerbong-gerbong ini di bawa kelautan lepas dan ditenggelamkan. Katanya agar menjadi "rumah" ikan-ikan.

Nah, kalau cara ini dtrapkan diperairan Nusantara bagaimana?

Kalu saja dimuali di perairan Laut Jawa dipesisir Pulau Jawa. Kerangka kapal ditenggelamkan mulai dari Banten Utara ke Tg.Priok. Dipilih beberap tempat yang dekat permukiman rakyat dipantai itu. Mungkin dua atau tiga kapal ditenggelamkan disitu. Jarak dari pantai kira-kiranya yang tidak begitu sukar atau begitu jauh untuk dijamgkau oleh perahu nelayan setempat. Namun juga jangan terlalu ketengah sehingga menjadi halangan untuk lalu lintas kapal laut.

Demikian juga sepanjang pantai Tg.Priok sampai Indramyu. Kemudian Indramayu sampai ke Cirebon dan seterusnya sampai di ujung Pulau Madura. Dari ujung Pulau Madura diteruskan ke Nusa Tenggara.

Pertanyaan berikutnya ialah kapal kapal jenis apa kiranya yang aman untuk ditenggelamkan di Laut Jawa ini.

Saya cenderung untuk membeli tanker-tanker tua. Satu-satu tanker tua ini ditarik ke Plebuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak. Di dua pelabuhan ini, kapal-kapal tanker dipreteli. Mungkin dengan memotong bagian buritan kapal. Sisa kapal dipreteli besi-besinya serta alat-alat listriknya. Baja yang diambil sedemikian rupa sehingga kapal tersebut masing dapat mengapung. Kemudian ditarik ke tempat pembuangan. Disitu baru dibuka"chock pengamanan" dan air laut perlahan-lahan masuk sampai kapal itu tenggelam kedasar laut.

Baja-baja yang dipreteli dikapalkan dengan tongkang ke Krakatau Steel di Banten. Alat-alat listrik dapat dipasang dikapal-kapal barang. Setelah dibersihkan dan diperbaiki seperlunya. Alat-alat ini adalah sebagai suku cadang kapal-kapal barang yang mengarungi Lautan Nusantara. Terutama motor-motor listriknya. Generator untuk penerangan listrik. Pompa-pompa memakai tenaga listrik. Motor Jangkar dsb.

Bagian buritan dimana mesin-mesin penggerak berada diusahakan untuk dipasang atau disambung dengan badan kapal yang lebih pendek dari badan kapal tanker. Kapal-kapal ini dapat dipakai untuk mengangkut bongkah-bongkah batubara atau cement secara bulk.
Dengan mengangkut secara bulk, di pelabuhan tertentu muatan cenet bulk ini dibongkar dengan dihisap ke darat. Dan didarat curahan semen ini dibungkus menjadi cement siap untuk dijual. Alangkah idealnya bila Pelabuhan dimana cement ini dbungkus ada disetiap Pulau .

Ambon misalnya, Bitung, Makassar, Balikpapan atau Samarinda, Pontianak , Benoa dan pelabuhan di Nusa Tenggara lainnya.. Juga Pelabuhan-pelanuhan di Papua sebelah Utara dan sebelelah Selatan.

Demikian juga dengan batubara. Bongkah batu bara diolah menjadi pellets sebesar kelerang di pelabuhan bongkar. Kemudian dimasukkan kedalam karung atau karung kertas. Dengan demikian batubara pellets dan karungnya sekaligus dapat dibakar. Mengurangi pencemaran lingkungan. Atau batubara berupa pellets ini diolah lagi menjadi brickets, siap untuk dibakar di dapur-dapir setiap rumah.

Dengan cara ini :
1. Perikanan Laut dapat meluas. Pekerjaan maupun penghasilan nelayan pantai akan naik.
Mungkin, dalam hal ini Anda lebih tahu, bagaimana caranya untuk "mengundang" ikan-ikan untuk tingggal di komplex kapal baja yang ditenggelamkan ini, serrta berkembang biak.

2. Industri baja (JKrakatau Steel) akan sibuk.

3. Galangan kapal akan sibuk dan mempunyai bahan kepingan baja atau mesin--mesin dalam membangun kapal baru atau setengah baru. (stengah baru mengawinkan buritan kapal tanker dengan badan kapal barang)

4. Membuka usaha baru dalam pengapalan secara "bulk".

5. Memmbuka pabrik-pabrik baru diseluruh Nusantara dengan pabrik pengepakan cement.

6. Membuka usaha baru dengan mendirikan pabrik pengolahan batubara pellets menjadi "brickets".

7. Pembagian merata dalam usaha pembangunan Negara dan Bangsa. dan juga pembagian merata dari ekonomi yang dihasilkan oleh usaha-usaha baru ini dari Sabang sampai ke Merauke.

MangSi

No comments:

Post a Comment