Friday, May 29, 2009

Masa depan Kapal Layar Pinisi

Salah satu Perusahaan Pelayaran di Eropah sedang menjajagi pemakaian “payung” yang diikatkan kepada haluan kapal.
Payung ini berupa payung terjun yang dapat diarahkan. (gliding parachute). Berbentuk empat segi panjang dan berkembang luas jauh diatas kapal barang ini. Diberitakan dengan memakai payung ini dapat diraih pengiritan kira-kira 10 % dari pembakaran bbm.

Di tanah air yang kita cintai ini, sudah tersedia warisan nenek moyang kapal-kapal pengangkut barang antar pulau yang tak bermesin.
Ialah Kapal Layar Pinisi.

Sekarang hanya menunggu dikembangkan serta dipermodern peralatan di kapal layar itu.
Serta “research” yang mendalam mengenai bahan yang dapat dipakai sebagai pengganti “kayu Ulin” yang mulai langka itu. Kayu Ulin hanya diperuntukkan untuk pembangunan kapal layar yang dibangun secara tradisionil. Hutan dimana Kayu Ulin tumbuh harus dijadikan Hutan Lindung.

Research dalam “hembusan arah angin” dalam bulan-bulan tertentu serta daerah-daerah tertentu diseluruh Nusantara.
Juga mengenai “luasnya” permukaan layar yang dapat menampung hembusan angin yang dapat menghasilkan kecepatan kapal yang semaksimum mungkin.
Juga mengenai tonnage kapal, apakah dapat diperbesar dengan sendirinya menambah jumlah tiang layarnya disetiap kapal.
Juga apakah dapat diciptakan layar disamping menampung hembusan angin juga menampung sinar matahari (solar panel).
Kemungkinan memasang alat penggerak memakai tenaga listrik (batre) untuk keperluan manuvering di pelabuhan serta keluar mausk pelabuhan.
Kemasan barang muatan yang dikhusukan bagi kapal-kapal layar Pinisi ini. Contoh, sejumlah karung beras atau cement diikat menjadi satu dengan cara diselimuti plastik dan dipasang “sling” untuk memudahkan serta mempercepat usaha bongkar - muat.
Peralatan navigasi yang mutakhir.
Pendidikan abk dengan biaya yang dapat dijangkau masyarakat banyak.

Dengan keadaan fisik pelabuhan di Nusantara ini, Kapal Layar adalah sangat cocok. Pemerintah tidak perlu membangun Pelabuhan kelas dunia, dengan perlengkapan dan peralatan yang serba muthakir dan mahal ( lapangan peti kemas,alat bongkar muat peti kemas, pengamanan peti kemas yang ditumpuk dilapangan dsbnya).

Suatu tantangan baru bagi Perguruan Tinggi Pelayaran di Nusantara.
“sextant” sekarang sudah merupakan barang hiasan di dinding dikantor-kantor Perusahaan Pelayaran. Men-check posisi kapal cukup dengan memijit satu tombol. (GPS dengan memakai satelit).

No comments:

Post a Comment